Berbeda halnya dengan pantai Kuta
Bali yang dikenal dengan pantai sejuta umat, karena merupakan pertemuan
dari wisatawan berbagai negara. Pantai Balangan Bali, lokasinya berada
jauh dari pusat keramaian kota dan hiruk pikuk kemacetan dijalan. Hal
ini menjadikan pantai ini menjadi pilihan para wisatawan, yang ingin
mencari ketenangan saat wisata pantai di Bali.
Namun lokasi pantai Balangan di Bali, agak sedikit jauh, daripada
pantai Kuta yang dapat anda tempuh selama 15 menit dari Bandara Ngurah
Rai. Untuk ke lokasi pantai Balangan, anda akan menempuh waktu, sekitar
38 menit dari bandara Ngurah Rai, baik dengan kendaraan roda dua maupun
empat. Lokasi dari pantai ini merupakan perbatasan dari wilayah desa pecatu dan Kelurahan
Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Bali.
Pantai ini menghadap ke utara yang jaraknya beberapa kilometer dari pantai Dreamland. Aktivitas bandara Ngurah Rai nampak dari kejauhan, jika anda berdiri di tepi pantai. Suasana para nelayan di pantai Kedonganan,
saat bongkar muat hasil tangkapan ikannya di pagi hari, juga dapat anda
saksikan dari bibir pantai. Selain melihat pemandangan airport, anda
juga dapat melihat keindahan pantai Dreamland jika anda berdiri di atas
tebing pantai.
Selain pesona keindahan pantai yang masih alami, Balangan juga
menjadi lokasi favorit para surfer /peselancar kelas dunia. Ini didukung dengan
ombaknya yang tinggi, panjang, dan besar. Pantai ini sangat cocok bagi
para peselancar yang menyukai tantangan. Para surfer sangat betah
dari pagi hingga sore hari, menaklukkan ombak dengan papan surfingnya.
Terutama surfer dari negara Australia yang sudah sering datang ke
Bali.
Beberapa fasilitas penunjang obyek wisata sudah banyak dibangun di
sekitar pantai. Pengunjung dapat beristirahat dengan tenang, sambil
berjemur menikmati matahari di siang hari. Pengunjung dapat menyewa
kursi panjang milik penginapan di lokasi setempat. Rasa haus dan lapar
akan terobati dengan singgah di sebuah café yang dikelola oleh
masyarakat lokal. Menu yang ditawarkan sangat bervariasi. Apalagi es
kelapa mudanya yang menjadi pilihan favorit wisatawan untuk melepas
dahaga, dan es kelapa muda sangat laris manis! Bagi anda yang sedang
berlibur dengan anak-anak, anda dapat melakukan aktivitas berenang,
bermain pasir, sambil menikmati pemandangan pantai, terutama pemandangan
sunsetnya.
jika anda bingung mau mencari tempat foto- foto indah dengan pemandangan sunset yang mempesona? Pantai Balangan adalah salah satu pilihan favorit bagi mereka yang ingin foto prewedding di Bali.
Setiap hari ada saja fotografer yang jeprat-jepret disini. Pasir
putihnya yang belum terjamah dengan latar belakang bukit menghijau,
sangat mendukung suasana pemotretan. Pantai Balangan tempat wisata
pantai di Bali, sangat tepat untuk anda kunjungi selama liburan di Bali.
Tentunya selama wisata di pulau dewata, pasti anda ingin tahu tentang daftar pantai pantai di Bali yang lain. Pulau Bali memiliki begitu banyak pantai yang indah dengan memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.
ketika kita melihat dari sisi religius nya di pantai yang indah ini juga menyimpan subuah pura yang amat berbeda dari pura lainnya . pura ini bernama pura dalem balangan. pura dalem balangan berada di dalam goa atau di bawah tebing batu , berikut ini ada sejarah tentang pura dalem balangan :
Sebagaimana
yang termuat jelas dalam Prasasti Belayu lembar 5.a. salinan dibacakan
oleh Bp. I Kt. Sudharsana, Br. Basang Tamiang, Kapal kemudian ditulis
oleh Bp. Gde Kurnia, Br. Umadiwang Belayu, dinyatakan bahwa “beliaulah
yang bergelar sebagai Dalem Uluwatu, yang membangun Parhyangan Pura
Dalem Balangan. Beliaulah yang di sebut Dalem Balangan dan juga disebut
sebagai Dalem Putih Jimbaran”. Dengan pernyataan ini, jelaslah bahwa Pura Dalem Balangan adalah Pura Parhyangan Ida Dalem Balangan yang lebih dikenal sebagai Ida Dalem Putih Jimbaran.
Untuk lebih meyakinkan tulisan prasasti tersebut, perlu kiranya juga
kita menambahkan, mencocokkan berbagai macam data yang dimiliki Pura
Dalem Balangan.
Sejauh
data yang dapat tergali, secara fisik Pura Dalem Balangan mengalami
beberapa kali renovasi hingga kini yang dimulai berkisar antara tahun
1980 an. Situasi sebelum adanya renovasi, kondisi Pura hanya berupa
sebuah Gua batu kapur yang di dalamnya terdapat 2 (dua) buah batu besar
sebesar seekor lembu tidur (kini pada posisi utama mandala pura) pada
sisi lebih utara. Satu yang lain lebih kecil berada di sisi selatan
berdampingan dekat batu besar tersebut. Kedua batu tersebut merupakan
tempat samadhi, karena dari bentuknya lebih menyerupai semacam tempat
duduk dengan permukaan yang relatif datar. Pada batu yang besar
disebutkan oleh penglingsir merupakan tempat linggih Ida Dalem Putih
Jimbaran, atau Dalem Balangan, sedangkan yang lebih kecil di samping
selatannya adalah linggih pepatihnya (dari daerah Ungasan). Pada bagian
lain, di areal dinding utara pura ini terdapat lubang gua kecil disebut
dengan Grya, sebagai tempat pabersihan. Di tempat inilah diletakkan busana Ida Dalem Balangan berupa:
- Sepasang Gelung Emas
- Gelang Kana dari Emas Putih dan Emas
- Tetekek dari Emas
- Bokor Mas
· Dan beberapa peninggalan lain.
Kesemua
peninggalan tersebut, hingga kira-kira sebelum jaman revolusi, tetap
tersimpan di tempatnya tanpa ada yang berani mengambil/mencurinya,
karena keangkeran Pura Dalem Balangan. Namun beberapa saat setelah waktu
tersebut, sempat terjadi kehilangan beberapa benda peninggalan sakral
yang ada di Pura, bersyukurnya benda-benda yang hilang tersebut segera
kembali lagi pada posisinya. Atas kejadian itu, akhirnya diputuskan
untuk menyimpan segala peninggalan tersebut di rumah Pesalakan. Peninggalan ini tidak lain dimaksudkan untuk meyakinkan kita akan kebesaran Ida.
Ida
Dalem Balangan/Dalem Putih Jimbaran adalah sosok yang memiliki
seperangkat busana kerajaan, yang tidak dapat dengan mudah dimiliki oleh
setiap orang pada jamannya. Atas rasa bhakti yang kuat dari penglingsir
di Belayu, berkisar antara tahun 1930-an menghaturkan 2 (dua) buah
patung/bedogol yang masih terpasang hingga kini. Hal lain tentang
legenda yang berhubungan dengan Pura Dalem Balangan belakangan ini
terasa memudar adalah dalam hal cerita rakyat di sekitar pasar Jimbaran
yakni hingga ketika masih nyenengnya Kak Peranda, penglingsir rumah
Pesalakan, sering kali tersebar isu entah dimulai darimana dan dalam
tempo waktu yang tidak teratur diselenggarakan upacara karena Ida Dalem
Balangan “ngalap rabi ke Dwarawati”. Jika beredar isu seperti itu, tidak
satupun warga masyarakat di Jimbaran yang berani untuk tidak melakukan
yadnya selayaknya berlaku dalam kaitan kegiatan tersebut. Berkaitan
dengan kegiatan yang berhubungan dengan Dwarawati, terjadi hal yang
spesifik/khusus diberlakukan ketika pelaksanaan pujawali di Pura Dalem
Balangan. Sebelum di laksanakannya puncak kegiatan pujawali, senantiasa
dilaksanakan rangkaian upacara “memendak ke Dwarawati”. Orientasi
memendak tersebut dilakukan secara “Nyawang” pada arah barat/ arah laut.
Dengan demikian, penekanan Dwarawati sebagai sumber keterkaitan Ida
Dalem Balangan menjadi semakin jelas dan bersifat pasti adanya. Tentunya
bentuk kegiatan ini sangat penting untuk dicermati. Oleh karena dalam
konteks upacara yadnya pada sebuah Pura, khususnya Pura Dalem Balangan
yang notabene jika ditinjau dari peninggalannya dominan berupa Busana
Kerajaan, sudah barang tentu keterkaitan sosok individu Ida Dalem
Balangan berkaitan erat dengan Kerajaan Dwarawati. Tentang Kerajaan
Dwarawati, sejauh penggalian yang ditemukan, dapat diartikan sebagai
kerajaan dalam cerita Pewayangan. Kerajaan Dwarawati adalah tidak lain
dari Kerajaan yang dipimpin oleh Krsna. Kupasan Kerajaan Dwarawati ini
tidak lain adalah untuk memendak Ida Bhatara Krsna (Krsna Kepakisan,
leluhur Ida Dalem Balangan). Kembali kepada acara “mamendak ke Dwarawati”,
sebelum acara ini dilakukan, juga dilaksanakan acara “mamendak” ke Pura
Dalem Konco, yang berada di luar area Pura Dalem Balangan, pada deretan
tepian tebing batu kapur sisi Utara. Sesuai penjelasan yang ada pada
prasasti, baik di Grya Satrya maupun di Belayu, dijelaskan bahwa Ida
Dalem Balangan/Dalem Putih Jimbaran menikahi putri yang lahir dari Bambu
Petung Gading. Begitu besar penghargaannya kepada istrinya, sepenerus
keturunannya pun di Bhisama untuk pantang pula akan perilaku yang
menistakan Bambu Petung Gading, seperti pantangan memakan embung petung,
serta menggunakan alas tidur dari galar bambu petung. Jika
dikorelasikan dengan kegiatan upacara ataupun juga dari keberadaan Pura
Dalem Konco yang bersebelahan dengan Pura Dalem Balangan, dapat ditarik
benang merah hubungan antara ceritera Bambu Petung Gading dan Pura Dalem
Konco ini sebagai suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Pura Dalem Konco dengan kekhasan model upakaranya menggunakan
persembahan sebagaimana layaknya yang dilakukan oleh etnis Tionghoa.
Menggunakan lilin, permen/manisan, uang-uangan kertas dengan tulisan
Cina dan beberapa persembahan lain. Benang merah hubungan antara
ceritera dalam Prasasti dan kenyataan di lapangan tersebut menyiratkan
bahwa Istri dari Ida Dalem Balangan (di Jimbaran bernama Ida Dalem Putih
Jimbaran) adalah seorang dari etnis Tionghoa. Simbolik bahasa sastra
yang menyatakan bahwa terlahir dari bambu, menyiratkan secara tegas
bahwa yang dimaksudkan adalah simbol bambu adalah simbol dari Bangsa
Tionghoa. Kemudian dalam kaitan Bhakti prati sentananya kehadapan Istri
dari Ida Dalem Putih Jimbaran, disebutlah tempat pemujaan kehadapan
beliau sebagaimana keyakinan Beliau, yakni dalam bentuk tempat suci
Konco. Hingga kini, penyajian
upakara semacam tradisi Tionghoa itu masih terlaksana secara baik. Pada
survai yang telah penulis lakukan, sempat menemukan
jejak keturunan etnis Tionghoa di Jimbaran tepatnya di sebelah timur
sisi pasar Jimbaran bagian utara dari arah perempatan Pura Ulun Siwi ke
Timur. Beliau yang mewarisi karang wayah dan tidak akan meninggalkan
Jimbaran, menyatakan bahwa leluhurnyalah yang menjadi rabi ke rumah
Pesalakan. Dahulu, menurut cerita tetuanya, bahwa wujud keterkaitan
antara pihak keluarganya dengan pihak keluarga rumah Pesalakan sangat
erat. Namun kini entah kenapa, menjadi memudar. Bahkan ciri utama
semenjak kedatangan leluhurnya di Jimbaran pohon cempaka kuning yang
ditanam sejak pertama kali kedatangannya ke Jimbaran dan menyiratkan
sebagai ciri dari salah satu bagian klan etnis Tionghoa, dipertahankan
dan masih tumbuh terawat hingga kini.
Dari
ulasan panjang lebar di atas, jelaslah bahwa siapa Ida Dalem Putih
Jimbaran yang temuat dalam Prasasti, adalah Ida Dalem Balangan.
Kesesuaian antara Prasasti dan bukti-bukti peninggalan, dan dikuatkan
lagi oleh adanya Pura Dalem Konco sebagai perwujudan jelas simbolis dari
bambu petung yang dimaksudkan sebagai etnis Tionghoa menjadikan
korelasi antara prasasti dan kenyataan di lapangan memiliki nilai
kesesuaian.
Dengan
memahami bahwa Ida Dalem Putih Jimbaran adalah beliau yang disebut juga
sebagai Ida Dalem Balangan, maka untuk memahami siapa Ida Dalem
Balangan, dan kehadirnya di Jimbaran, perlu kita gali siapa sebenarnya
Ida Dalem Balangan dalam ranah sejarah di Bali.
keindahan yang tersembunyi di balik dinding batu
pantainya indah bangetPantai Lovinamemiliki banyak lumba-lumba dipinggir pantai
BalasHapus